Ruang tunggu kerja Menteri ESDM Ignasius Jonan nampak ramai dari biasanya. Penyangga kamera, perekam suara hingga telepon gengam berjajar siaga. Mata para awak media fokus tertuju pada dua sosok berbaju putih panjang yang hadir menyapa. Dua tahun silam, tepat di Hari Pertambangan dan Energi 28 September 2017, penjelasan yang disampaikan Menteri Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di kantor Kementerian ESDM Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta, menjadi titik penting dalam pengelolaan minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.

Siang itu, secara panjang dijelaskan Menteri ESDM, setelah hampir 50 tahun dikelola oleh Total E&P Indonesie, terhitung mulai 1 Januari 2018, Blok Mahakam, yang saat itu merupakan blok penghasil gas bumi terbesar di Indonesia, dialihkelolakan ke PT Pertamina (Persero). BUMN tersebut akan mengelola mayoritas saham Blok Mahakam, dengan minimal 10% kepemilikan Pemerintah Daerah sesuai dengan aturan yang ada. Sepenggal cerita yang mengawali milestone kebijakan Pemerintah untuk mengalihkelolakan blok migas kepada anak negeri.

Setahun setelah itu, Pemerintah kembali mempercayakan blok minyak terbesar Indonesia, Blok Rokan untuk dialihkelolakan kepada Pertamina pada tahun 2021 nanti. Tentu melalui pertimbangan bisnis. Sebuah kisah serupa, setelah hampir 50 tahun dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). Saat ini Blok Rokan menyumbang 26% dari total produksi nasional. Dengan tambahan ini kontribusi Pertamina dalam produksi minyak nasional nantinya akan menjadi 60% dari yang saat ini sekitar 40%.

Komitmen tersebut menunjukkan keseriusan Pemerintah menjadikan Pertamina tuan rumah di negeri sendiri. Sebagai BUMN, Pertamina diharapkan menjadi semakin besar dan berdaya saing sehingga mampu berkompetisi secara global, selain tetap optimal dalam melaksanakan fungsi pelayanan menyediakan energi secara merata di tanah air.

“Komitmen Pemerintah akan menjadikan operator dalam negeri sebagai tuan rumah dalam produksi hulu migas,” tegas Menteri Jonan.

Bahkan mimpi besar diharapkan Wamen Arcandra kepada Pertamina untuk menjadikan perusahaan kelas dunia (world class oil company) yang dapat menjalankan fungsinya sebagai BUMN dan tugas negara sebagai perpanjangan tangan Pemerintah untuk kebijakan-kebijakan yang bernilai startegis serta berdampak langsung ke masyarakat.

“Pemerintah ingin Pertamina menjadi National Oil Company kelas dunia yang dapat berdiri di atas kaki sendiri, itu visi kita,” cetus Arcandra.

Sebelum Mahakam, pada November 2013, Pertamina juga memperoleh persetujuan pengelolaan lanjut Blok Siak Aceh, yang sebelumnya dikelola oleh PT Chevron Siak Inc. melalui Operator PT Chevron Pacific Indonesia. Selanjutnya, Pertamina memperoleh 6 (enam) Blok migas terminasi yaitu Sanga – Sanga, East Kalimantan dan Attaka, Southeast Sumatera, Tuban, Ogan Komering dan NSO (North Sumatera Offshore) di awal 2018.

Selang setahun kemudian, pada Februari 2019, 2 (dua) blok migas yaitu Jambi Merang dan Raja/Pendopo juga diambil alih Pertamina. Terakhir, pada 2026, Pemerintah juga mempercayakan Pertamina sebagai operator Blok Corridor, blok gas terbesar kedua di Indonesia, yang sebelumnya dioperatori oleh ConoccoPhilips (Grissik) Ltd, setelah 3 tahun masa transisi pasca kontrak berakhir di 2023.

“Ini suatu lompatan yang besar karena dalam dua tahun terakhir ini kita dapat WK terminasi yang mampu menggandakan produksi Pertamina dalam dua-tiga tahun ke depan,” ujar Nicke Widyawati Direktur Utama PT. Pertamina pada berbagai kesempatan.

Tanggung jawab besar ada di pundak Pertamina, beberapa catatan pekerjaan rumah pun mesti dilakukan oleh Pertamina agar bisa mempertahankan bahkan sanggup meningkatkan produksi migas dari blok yang dikelolanya.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto optimis, anak bangsa bisa bersaing mengelola blok migas nasional apabila siap dengan hal berikut. Pertama, kemampuan teknis yang ditunjang oleh sumber daya manusia yang kompeten. Kedua, dukungan finansial, mengingat perencanaan hanya akan terdeliver baik apabila bisa direalisasikan. Terakhir, kemampuan teknis dan finansial ini perlu didukung penguasaan teknologi. Dengan penguasaan teknologi kegiatan operasional pun akan semakin efisien.

Kita yakin dengan kompetisi yang dimiliki, anak negeri mampu kelola migas nasional secara mumpuni!

#AnakNegerikelolaMigas

#SDMUnggul

#KebijakanBerdampak

#EnergiBerkeadilan

#negeringawiramah

#PPIDKabupatenNgawi